BICARAINDONESIA-Medan : Cerita soal sosok AS, staf Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kota Medan yang diduga memiliki kekayaan tak wajar masih jadi perbincangan hangat.
Sayangnya, sang pegawai masih bisa bernafas lega karena hingga kini pimpinannya dan pihak yang berwenang di Pemko Medan terkesan belum serius menanganinya, termasuk Inspektorat.
Bahkan Inspektur Kota Medan Sulaiman yang dikonfirmasi via pesan singkat whatsapp, tak merespons kasus ini sedikit pun. Meski pesan yang dikirim sudah centang biru sebagai tanda sudah dibaca, Sulaiman hanya bungkam.
Dugaan Mobil Hasil Gratifikasi
Sementara, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kota Medan Endar Sutan Lubis, mengaku sudah mengkafikasi langsung kepada AS selaku anak buahnya.
“Sdh kami lakukan klarifikasi kpd ybs, berdasarkan penjelasannya bahwa bangunan rumahnya merupakan bantuan Bapak Mertuanya yg merupakan pengusaha sukses di Aceh,” ucap Endar melalui pesan whatsapp, Jumat (17/3/2023).
Namun saat disampaikan bahwa salah dugaan gratifikasi sebuah mobil Suzuki Jimny yang kini dimiliki AS, Endar tak lagi berkomentar.
Sebelumnya, tim Bicaraindonesia menemukan fakta baru dari sejumlah sumber yang layak dipercaya, mengenai sosok AS yang mulai meniti karir dari Dinas Perkim dari status honorer sekitar tahun 2002/2003.
“Ketika itu era kepemimpinan Almarhum Rawal dia masuk Perkim sampai jadi PNS (ASN) hingga sekarang terus bertahan di Perkim dengan status staf golongan III d,” terang sumber terpercaya yang minta namanya dirahasiakan.
Sejak itu, lanjut sumber, ia terus berselancar dan banyak berguru dengan para senior dan kontraktor yang memiliki proyek di dinas tersebut.
“Dia itu statusnya pengawas, jalannya proyek dia juga yang menentukan. Minta tekenan dia wajib bayar 1% dari nilai proyek. Terus untuk pengawasan beda lagi berapa setoran ke dia (AS),” imbuh.
Untuk penyediaan material juga begitu. AS banyak ikut campur tangan.
“Itu RAB dikucinya. Terus sengaja dimainkannya barang yang dibutuhkan. Diakan tupoksinya ke pipa penyambungan dari pipa sentral air bersih PDAM Tirtanadi. Nah kalau disitu dimainkannya, misal jenis pipa tertentu yang sulit dicari, ujung-ujungnya kan kontraktor minta tolong ke AS,” urainya.
Bahkan dalam penyediaan pipa itu, sambungnya, AS enggan memberitahukan kepada kontraktor dimana belinya. Melainkan, AS minta kepada kontraktor agar dia yang membelinya.
“Hal seperti ini yang membuatnya untung berlimpah. Karena bukan hanya dapat fee dari kontraktor, namun juga dapat dari pabrik atau gudang distributor pipa itu,” ujar sumber lagi.
Dan dari hasil investigasi media ini, salah satu distributor pipa yang kerap menjadi langganan AS berlokasi di kawasan Tanjungmorawa, Deliserdang.
Untuk fee itu juga, AS disebut sumber bukan hanya main untuk proyek penunjukan langsung (PL), namun untuk tender juga dimonopolinya.
“Bayangkan berapa untungnya. Tiap proyek dia dapat komisi 20 persen dari materila yang dibutuhkan yang dijelaskan di dalam RAB, dan itu berlangsung sudah sekitar 10 tahun. Kalau sekitar 100 miliar dapat juga dia itu selama mengurusi pipa. Jadi gak heran kalau rumahnya harganya miliaran di Medan Amplas dan Jalan STM. Jadi dia itu betul-betul kopral pangkat jenderal,” cetus sumber.
Sumber juga menyebutkan bahwa selama ini yang bersangkutan sengaja membawa kendaraan tua Suzuki Jimny warna merah. Tapi diduga kuat mobil sebagai kamuflase itu juga hasil gratifikasi dari kontraktor.
“Memang mobil tua, tapi mesinnya turbo itu. Dan itu dia cuma nyamar. Itu mobil dia dapat dari kontraktor. Ada juga mobilnya yang lain, ada Fortuner VRZ dan Rush. Tapi gak pernah dipakai ke kantor,” terangnya.
Sementara, terkait kepemilikan rumah tersebut juga diakui aparatur pemerintahan Kelurahan Harjoasari 2 dan Kecamatan Medan Amplas.
“Kita sudah cek langsung ke Kapala Lingkungan memang itu rumah Pak Ari,” ucap si aparatur.
Penulis/Editor : Tim