BICARAINDONESIA-Yerusalem : Raja Yordania Abdullah II menanggapi kembali berkuasanya Benjamin Netanyahu. Dirinya mengaku siap bertempur, jika Israel berani mengubah status sejumlah situs suci di Yerusalem, termasuk Masjid Al Aqsa.
CNN Indonesia melansir, Raja Abdullah II mengungkap adanya kekhawatiran di Yordania mengenai orang-orang Israel yang mencoba mendorong perubahan status Yordania. Yang mana saat ini, berstatus sebagai wali atau penjaga sejumlah situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.
Raja Abdullah II pun memperingatkan bahwa pihaknya memiliki batas kesabaran. “Jika orang ingin terlibat konflik dengan kami, kami cukup siap,” katanya.
“Saya selalu percaya bahwa mari kita lihat gelasnya setengah penuh, tetapi kita memiliki garis merah tertentu. Jika orang ingin mendorong garis merah itu, kita akan menghadapinya,” lanjutnya.
Diketahui, Pemerintahan Netanyahu digadang-gadang menjadi pemerintahan paling berhaluan ekstrem kanan dalam sejarah Israel. Salah satu tokoh paling kontroversial dalam pemerintahan mendatang Israel adalah Itamar Ben Gvir. Dirinya akan menjadi menteri keamanan nasional dan memegang kendali atas polisi, termasuk penegakan hukum di tempat-tempat suci Yerusalem.
Ben Gvir memiliki sejarah panjang menghasut kekerasan terhadap warga Palestina dan Arab. Dia telah dihukum karena menghasut rasisme anti-Arab dan mendukung terorisme. Serta ecara terbuka menyerukan perubahan status quo di tempat-tempat suci.
Sebagai informasi, Kerajaan Hashemite Yordania telah menjadi penjaga situs suci Yerusalem sejak 1924 dan menganggap dirinya sebagai penjamin hak beragama Muslim dan Kristen di kota tersebut.
Dalam perang 1967, Israel merebut Yerusalem Timur dari Yordania. Namun, keduanya menandatangani perjanjian damai pada tahun 1994 di mana Israel secara resmi mengakui peran khusus Amman di tempat-tempat suci kota itu.
Tempat-tempat suci tersebut salah satunya kompleks yang dikenal umat Islam sebagai Haram Al Sharif, yang disebut Temple Mount oleh orang Yahudi. Situs tersebut termasuk Masjid Al Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam. Daerah ini juga merupakan situs tersuci dalam Yudaisme. Politisi sayap kanan Israel sering berpendapat bahwa orang Yahudi juga harus memiliki hak untuk berdoa di sana.
Kendati demikian, sejak saat itu keduanya kerap bertikai, di mana Yordania sering menuduh Israel melanggar perjanjian karena mengatur aktivitas warga untuk beribadah di Yerusalem yang merupakan kota suci bagi umat Muslim, Kristen, dan Yahudi.
Editor: Rizki Audina/*