BICARAINDONESIA-Jambi : Sebanyak 10 anak korban pelecehan wanita di Jambi berinisial YS kini menjalani sekolah secara daring. Hal itu lantaran mereka masih enggan bertatap muka dengan banyak orang. Selain itu, sepuluh anak tersebut tengah berada di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Sentra Alyatama.
Ketua RT 28 Kelurahan Rawasari, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, Helmi mengatakan bahwa anak korban pelecehan itu mengikuti sekolah secara online setelah berkoordinasi dengan pihak sekolah.
“Ini atas saran dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Jambi untuk menginapkan anak-anak ke Sentra Alyatama. Jadi mereka sekolah online,” kata Helmi, dilansir dari Antara, Rabu (8/2/2023).
Sementara itu, sebanyak 7 orang anak lainnya yang juga menjadi korban memilih pulang ke rumah masing-masing.
Tujuh anak itu, kata Helmi, telah menjalankan aktivitas seperti biasa. Tujuh korban telah mengikuti pelajaran di sekolah secara tatap muka.
Ia mengatakan para orang tua korban khawatir akan dampak negatif yang timbul pada anak di masa mendatang. Pihak orang tua berharap pendamping anak yang dilakukan di Sentra Alyatama dapat meminimalkan dampak negatif pada anak di kemudian hari.
Sementara itu, Kepala UPTD PPA Jambi Asi Noprini membenarkan ada 10 anak yang masuk ke Balai Rehabilitasi Sosial Anak dan memerlukan perlindungan khusus.
Sepuluh anak tersebut mengikuti pembelajaran sekolah secara online didampingi tenaga pendamping dari Sentra Alyatama. Jika ada tugas sekolah, tenaga pendamping yang menjemput atau mengantarkan tugas anak-anak tersebut ke sekolahnya.
“Aktivitas anak-anak saat ini sesuai mereka yaitu bermain di lapangan olahraga, mengaji, belajar sesuai jadwal agar mereka melupakan kejadian yang dialaminya,” kata Asi.
Ia menjelaskan, sampai saat ini hampir seluruh korban masih mengalami trauma mengingat kejadian tersebut.
Sementara itu, bagi tujuh korban yang pulang ke rumah masing-masing masih diawasi UPTD PPA Jambi dan di bawah pengasuhan orang tua.
“Ketujuh korban ini sudah melaksanakan kegiatan sekolah seperti biasa karena mereka tidak terlalu berdampak dan bisa menguatkan diri sendiri,” ujarnya.