BICARAINDONESIA-Jakarta : Listi boru Silitonga, istri dari Poltak Pasaribu yang tewas dalam peristiwa penembakan oleh Ipda OS, membantah pengakuan pihak Polda Metro Jaya bahwa suaminya dkk melakukan perlawanan.
Dilansir dari detik, Rabu (1/12/2021), Listi menunjukkan sejumlah foto mobil yang ditumpangi Poltak Pasaribu dkk. Foto itu diambil pihak keluarganya diam-diam saat mobil itu masih terparkir di RS Pelni, Jakarta Barat, Jumat (26/11) malam.
Setelah peristiwa penembakan terjadi Poltak Pasaribu dkk dilarikan ke RS Pelni. Listi dan keluarganya bergegas ke rumah sakit tersebut saat mendapat kabar lewat telepon bahwa suaminya tewas ditembak.
Menurut Listi, ada banyak polisi di rumah sakit tersebut saat dia dan keluarganya tiba.
Dari beberapa foto yang ditunjukkan Listi, terlihat ada satu lubang bekas tembakan di bagian kiri belakang mobil bernopol B-2235-TRA tersebut. Peluru itulah menurut Listi yang tembus mengenai suaminya, Poltak Pasaribu. Poltak tewas akibat penembakan oleh Ipda OS tersebut.
Listi mengatakan Poltak Pasaribu bersama 3 orang lainnya dalam mobil LCGC warna hitam yang ditumpangi tersebut. Mobil disopiri Charles, sementara Poltak Pasaribu dan M Aruan duduk di bagian belakang sopir. Saat ditanya siapa satu orang lagi dalam mobil tersebut, Listi mengaku tidak tahu.
Poltak Pasaribu tewas setelah terkena tembakan di bagian perut. M Aruan juga terkena tembakan di bagian punggung dan kini masih mendapat perawatan di rumah sakit.
Dalam kasus ini, Listi berharap polisi menegakkan keadilan. Dia tidak terima suaminya dkk disebut pihak Polda Metro Jaya melakukan perlawanan.
“Saya nggak terima, polisi membela diri. Orang ini (Poltak Pasaribu dkk) nggak ada senjatanya. Pembelaan diri doang ini polisinya, si pelaku,” kata Listi, Rabu (1/12/2021).
“Harus diusut sampai tuntas apa penyebab dan motifnya pelaku menembak suami saya sampai tewas,” sambungnya.
Berdasarkan cerita dari teman Poltak, diungkap Listi, suaminya Poltak Pasaribu dkk saat itu sedang membuntuti seseorang terkait kasus pejabat yang disebut membawa istri orang. Pejabat yang dimaksud ini disebut-sebut merupakan pejabat di DKI Jakarta, namun bukan dari eksekutif.
Saat Poltak Pasaribu dkk membuntuti di jalan menggunakan mobil, polisi yang disebut pihak Polda Metro Jaya sebagai Ipda OS ini menyuruh mereka menepi di pinggir jalan tol. Setelah menepi, tidak disangka-sangka Ipda OS ini langsung melepas tembakan.
“Agak minggir-lah orang ini di depan. Turunlah satu si pelaku ini. Orang itu nggak tahu itu polisi kan. Langsung ditembak dari belakang. Datang sopir yang depan dikiranya pelurunya ini (ditembakkan) ke atas. Setelah itu bapaknya (Poltak Pasaribu) bilang, ‘Aduh, saya ditembak, saya kena’. Kelihatan kan di belakang mobil itu bekas pelurunya,” jelas Listi.
“Belum sempat orang itu (Poltak Pasaribu dkk) bertanya ini siapa. Tadinya kan (semestinya) komunikasi dululah. Ini langsung ditembak katanya. Turun si pelaku langsung ditembakkan. Cuma di TV kenapa dibilang seakan-akan polisi membela diri karena ada perlawanan. Nggak ada,” sambungnya.
Listi mengaku heran sejak awal, lantaran pihak Polda Metro Jaya lama mengungkap ke publik siapa pelaku penembakan ini. Padahal polisi sejak awal bisa memeriksa CCTV dan sudah mendapat keterangan dari saksi hidup dan saksi korban.
“Aku bingungnya kenapa lama diusut. Dari situ saya memang udah tanda tanya itu kan katanya karena nggak ada pengaduan keluarga, kata pihak polisi. Padahal kan setelah polisi datang ke rumah sakit udah tahu dong TKP di mana, udah diwawancarai sopir, udah dibawa korban dua. Kenapa dilama-lamain,” katanya.
“Kan bisa saja langsung buka CCTV. Ini kan didiamin. Dari situ kita udah tanda tanya memang,” sambungnya lagi.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengungkap pelaku penembakan di Exit Tol Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, adalah anggota Satuan PJR Polda Metro Jaya. Pelakunya adalah Ipda OS, yang berdinas di Induk 4 Sat PJR. Dua orang tertembak, salah satunya meninggal dunia.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat menyebutkan adanya peristiwa lain yang melatarbelakangi Ipda OS melakukan penembakan. Ini diawali ketika pria inisial O melaporkan dirinya dibuntuti oleh tiga kendaraan dan merasa dirinya terancam.
“Karena terancam, orang tersebut lapor ke kepolisian,” ujar Kombes Tubagus Ade Hidayat, Selasa (30/11/2021).
Ipda OS diketahui berdinas di Induk PJR Jaya 4 Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Ipda OS kemudian mengarahkan O agar keluar tol menuju ke tempatnya berdinas agar dirinya bisa memberi perlindungan.
Setiba di lokasi, disebutkan terjadi keributan. Hingga kemudian Ipda OS melepaskan tembakan. Kombes Tubagus tidak menjelaskan berapa kali Ipda OS meletuskan tembakan saat kejadian.
“Dan setelah terjadi–berdasarkan keterangan saksi sementara–terjadi peristiwa ribut di situ dan dengar satu tembakan, mengaku polisi dan keterangan saksi mau ditabrak dan terkena tembakan dua kali yang mengenai korban,” tuturnya.
Peristiwa tersebut mengakibatkan dua orang tertembak atas nama Poltak Pasaribu dan M Aruan.
“Kedua korban pada saat itu mengalami luka dan dibawa RS Pelni awalnya, kemudian dipindahkan ke RS Kramat Jati untuk penanganan lebih baik,” katanya.
Dalam perkara ini, Polda Metro Jaya telah mengamankan Ipda OS. Tim Propam ikut turun tangan untuk mendalami apakah penembakan yang dilakukan oleh Ipda OS ini sesuai prosedur.
Diketahui, bahwa Poltak Pasaribu tewas dalam peristiwa penembakan oleh anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Ditlantas Polda Metro Jaya, Ipda OS, di Exit Tol Bintaro. Penembakan terjadi pada Jumat (26/11) sekitar pukul 20.00 WIB.
No Comments