BICARAINDONESIA- Jakarta : Heboh di media sosial video pemobil berpelat RFS diduga mengokang senjata genggam di pinggir jalan. Aksi pemobil pelat RFS pun kembali jadi sorotan.
Dalam video yang diunggah akun instagram @cetul_22 yang dilihat pada Jumat (20/1/2023), terlihat pemobil B 2465 RFS sempat mengeluarkan benda dari balik bajunya. Barang tersebut diduga senjata genggam, pemobil tersebut juga terlihat sempat mengokangnya.
“Terekam dalam vidio nampak seorang lakiĀ² mengeluarkan senjata genggam ( pistol ) mengokangnya dan memasukan lagi ke pinggangnya, didalam vidio nampak lakiĀ² tersebut ada keributan dengan beberapa orang yg mengenakan seragam dari perkumpulan pengemudi pariwisata karawang,” bunyi narasi dalam video tersebut.
Dalam video itu tampak pemobil tersebut terlihat cekcok mulut oleh beberapa orang berseragam biru. Saat hendak masuk ke mobilnya, dia diduga memegang senjata genggam.
“Bawa tembakan nih,” ujar suara dalam video tersebut.
“Saya dikeroyok,” ujar pemobil pelat RFS tersebut.
Belum diketahui penyebab cekcok tersebut. Namun yang menjadi sorotan netizen ialah pelat nomor RFS.
Masyarakat umum bisa memiliki pelat ‘RFS’ Cs dengan cara dipesan untuk membeli nomor cantik. Hal ini diperbolehkan dan ada ketentuan yang mengaturnya. Tapi khusus pelat ‘RF’ untuk pejabat memiliki kepala angka 1 pada TNKB, dan terdiri dari 4 digit.
“Sebenarnya RF dengan 4 digit kepala 1 hanya bedanya dengan kendaraan ini digunakan untuk.mendukung tugas-tugas operasional kekhususan tugas dan membutuhkan identitas kerahasiaan identitas ranmor dan pengguna,” kata Pemerhati Transportasi dan Hukum, Budiyanto, dikutip dari detik.com, Jumat (20/1.
Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Sumarna bahwa jalan raya merupakan milik bersama, pengertian antar sesama pengguna jalan tidak bisa dihilangkan. Kendati, sedang menggunakan mobil mewah. Adapun perilaku mengintimidasi dengan senjata genggam dinilai tidak menggunakan akal sehat.
“Ketika seorang pengemudi tidak melibatkan akal sehat dalam berkendara, mabuk, emosi, dan lain-lain maka yang terjadi adalah konflik. Bahkan risiko kecelakaan,” kata Sony.
“Tidak ada yang menang dalam kekerasan di jalan raya, karena ujungnya adalah korban yang mungkin atau bahkan tidak bersalah,” terang dia.