BICARAINDONESIA-Riau : Jagat maya dihebohkan dengan video tiga murid SD yang menggunakan keranjang terbang demi pergi ke sekolah.
Dalam video yang dilihat redaksi bicaraindonesia.net, Kamis (10/6/2021), tampak tiga murid SD mengenakan seragam merah-putih menarik keranjang bulat. Keranjang seperti terbuat dari rotan itu diikat ke tali penyeberangan yang melintang dari satu sisi ke sisi lain sungai. Ketiga murid SD itu kemudian mengatur posisi untuk menyeberang.
Setelahnya, ketiga anak itu mengayunkan rotan dan meluncur menyeberangi sungai bak flying fox. Sungai yang diseberangi ketiga pelajar tersebut adalah Sungai Siantan di daerah Desa Kuntu di Kampar Timur, Riau.
Terkait peristiwa itu, Ketua Komisi V DPRD Provinsi Riau Eddy Yatim mengaku kagat dan menilai tindakan itu sangat membahayakan.
“Terus terang saya tidak menyangka, masih ada masyarakat kita yang seperti itu. Meski terkesan bermain-main, itu kan penuh dengan ancaman bahaya. Kita harus segera merespons. Apa pun yang menjadi alasan mereka memilih melewati sungai dengan tali itu,” kata Eddy, Jumat (11/6/2021).
Eddy prihatin, lebih dari 70 tahun Indonesia merdeka, namun masih ditemukan anak yang belum mendapat pendidikan secara merdeka. Tragisnya, menurut Eddy, Provinsi Riau dikenal sebagai penyumbang devisa terbesar.
Lebih lanjut, Eddy mendesak pemerintah setempat segera mencarikan solusi terbaik dan cepat untuk mengatasi persoalan tersebut. Jika Pemkab Kampar tidak mampu, dia meminta Gubernur Riau turun tangan.
“Ini kan bukan soal kewenangan lagi, tapi soal pemerintah hadir-tidak di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi V Bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan Sosial Ade Hartati. Ade menilai pendidikan tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan fasilitas.
“Pendidikan tentu tidak bisa berdiri sendiri, dalam arti kata bahwa pendidikan dasar yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota juga harus memiliki kesinambungan dengan jenjang pendidikan menengah. Dengan kata lain, dibutuhkan keterlibatan pemerintah provinsi untuk memastikan keberlangsungan pendidikan dasar,” kata Ade.
Ada mengatakan, salah satu yang terpenting adalah soal akses dan sarana pendukung untuk bisa menempuh pendidikan, sehingga tak ada anak putus sekolah.
“Baik itu dari segi akses dan kesiapan sarana-prasarana pendidikan dasar. Sinergisitas antara kabupaten kota dan provinsi, bahkan pemerintah pusat, tentu diperlukan untuk menekan angka putus sekolah,” katanya.
“Akses harus dipastikan berkeadilan, mengingat pendidikan harus berkesetaraan dan tanpa diskriminasi. Tidak boleh mendiskriminasi, bahwa mereka bukan anak-anak tempatan, mereka hanya anak pekerja. Perlu diingat bersama, bahwa pendidikan merupakan urusan wajib dari pemerintah,” tambahnya.
No Comments