BICARAINDONESIA-Jakarta : Krisis air bersih melanda warga di RT 007 RW 005, Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara.
Kondisi ini disebabkan adanya kendala pendistribusian air dari PT Aetra Air Jakarta. Warga pun terpaksa mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan air bersih dengan cara membeli.
Dikutip dari Kompas.com, seorang warga Rafli Husaini (24) mengatakan, mereka harus membayar Rp7.000 untuk membawa satu gerobak air dari masjid terdekat. Setidaknya, dalam sebulan Rafli harus mengeluarkan uang sebesar Rp300.000 hanya untuk membeli air.
“Iya, saya juga beli di luar. Kalau saya ambil sendiri itu per gerobak Rp 7.000. Biasanya saya gunakan dua gerobak untuk penuhi kebutuhan mandi dan cuci piring per harinya,” ungkap Rafli, Kamis (3/11/2022).
“Kalau sudah terlalu capek kerja, biasanya saya suruh hansip sini untuk ambil dan bayar Rp20.000 per gerobak,” sambungnya.
Beberapa warga pun lebih memilih membayar bulanan ke pengelola masjid demi mendapatkan air bersih. Inilah penyebab mereka kerap mengajukan keluhan kepada PT Aetra Air Jakarta, selaku penyuplai air.
Pasalnya, air bersih dari PT Aetra Air Jakarta hanya menyala tiga jam saat dini hari. Bahkan sering kali air di wilayah itu mati total hingga warga terpaksa mengandalkan pasokan air bersih dari mobil tangki.
Perusahaan tersebut mendistribusikan air bersih melalui tangki. Tangki air berukuran 5.000 sampai 7.000 liter didistribusikan ke lokasi, hanya jika ada keluhan dari warga.
Air dari tangki kemudian disuplai langsung ke wadah penyimpanan air milik warga. Namun, distribusi menggunakan tangki tidak menyelesaikan masalah krisis air.
Berdasarkan informasi, permasalahan air juga dirasakan warga di beberapa RT lain, tepatnya di wilayah yang bersebrangan dengan rumah Rafli.
“Yang kami inginkan pastinya solusi paten terkait dengan air bersih di wilayah,” tegas Rafli.
Editor: Rizki Audina/*
No Comments